Monday, 26 May 2008

MembaCa? Kenapa enggak sih?


Bacalah....



Ehm...

Kemarin aku baru aja baca sebuah buku karya Raghib As Sirjani, salah satu penulis kesukaanku. Judul buku itu adalah "Spiritual Reading".

Ada sebuah kenyataan pahit yang benar-benar bikin aku bilang, "Ternyata..."

Yup!
Ternyata penyebab semua kemunduran adalah MALES BACA!

Bayangkan saja, orang-orang Jepang membaca 40 buku dalam 1 tahun tiap orang!

Jika dikalkulasi, kira-kira mereka membaca hampir 4 buku tiap bulan! Mengejutkan! Ini berarti dalam 1 minggu mereka membaca 1 buku!

Kenapa aku bilang itu hebat? Padahal bisa saja kita baca 1 buku satu hari.

Masalahnya adalah 40 buku dalam 1 tahun tiap orang!!!
Itu menggambarkan bahwa penghitungan dilakukan pada semua orang dalam wilayah dan jumlah buku dibagi jumlah warganya!
Hasil yang bagus!

Andai saja semua orang mau membaca, bukankah mereka akan mendapatkan banyak hal?
Bagaimana mau menulis kalau tidak pernah membaca?
Bagaimana mau bercengkrama jika tidak tahu topik yang dibahas?
Sesuatu yang lucu sekaligus memalukan jika dalam sebuah kelas dalam sebuah kampus presentasi berjalan tanpa ada penanya! Bahkan kadang si pemakalah kikuk dalam menyampaikan materi!
Ke"kikuk"an bukan karena tidak pintar ngomong, tapi karena miskin materi!
Sebut saja ada seorang yang tidak pintar berbicara, but dia menguasai materi. Pasti hasilnya beda dengan yang pintar bicara tapi tak menguasai materi. Mereka kikuk dalam menyampaikan ide mereka. Mungkin jika saja mereka mau membaca, ada juga cara untuk mengatasi "tidak pintar ngomong" itu.
Sekali lagi, membaca itu penting!!!

Untuk sebuah hal penting, ALLOH bahkan mengutamakannya. Ayat pertama kitab suci Al Quran adalah "Bacalah..."

Subhanalloh! Membaca! Membaca! Bukan mendeengar atau melihat yang pertama kali disebutkan! Atau belajar, tapi MEMBACA!
»»  READMORE...

Sunday, 18 May 2008

Sebuah Iklan, Sebuah Kehangatan....

Apa yang akan kita nilai dari sebuah iklan di televisi?

Kadang kita menganggap nilai dari sebuah iklan itu tidak penting.
Eitsss... tunggu dulu!
Sahabatku pernah mengklaim bahwa iklan itu mencirikan ide dan kreativitas pembuatnya?
Tapi, apa kita perlu menghiraukan pendapatnya?
Aku bilang, tunggu dulu!
Sebuah iklan, menurutku yang masih ingusan ini, memang memiliki efek yang tak boleh diremehkan!
Coba saja kalau iklan pemilu atawa produk ecek-ecek nggak bagus, gimana ada yang mau milih atau minimal melirik?
Tengoklah, iklan di negeri ini. Hanya sedikit yang bisa dibilang berkesan dan membekas di hati. Ada sebuah polemik didunia advertisement, iklan lucu atau berkharisma?
Dilihat dari efek sejenak, mungkin banyak yang lebih memilih lucu.
Pada dasarnya, lucu itu relatif. Orang lucu di Inggris dan Indonesia saja implementasinya lain kok! Lihat saja pada cara pengarang menampilkan tawa pada novelnya.
Tapi, beda dengan iklan yang berkharisma. Dia bisa menampilkan tampilan yang khas dan menyampaikan makna. Bisa saja produk biasa saja, tapi karena publikasi yang bagus, produk meraup kantong pembeli.
Sebuah iklan, kalu bisa mbok memberi nilai hangat dan etika yang baik untuk masyarakat. Suatu gambaran dari otak-otak penuh inspirasi masyarakat. Seperti film atau acara lainnya.
Jadi, mari kita mulai dari bangsa ini untuk membuat iklan yang nggak hanya memamerkan produk saja, tapi nilai seni dunia periklanan!

Dibawah ini ada iklan yang lumayan mengetuk hatiku. Coba kita lihat.



Nah...

Waktu SMA ada juga hal menggelikan saat jam-jam mendebarkan.

Jadi, waktu itu kan aku dan teman-teman lagi demen-demennya mengerutkan dahi pas jam praktik Fisika.

Lha...
Pas kita lagi puyeng mikir buat menentukan massa dari benda, temenku tanya
"m berapa?"
Temanku yang lain menjawab, "150"
"Hah?"
"Apa?"
"m?"
"150!"
Tiba-tiba temenku, Mbak Toez nyeletuk "Bisa!"
Sejenak kami bingung, tapi langsung ngakak!
Inget ga iklan minuman ringan "M150 BISA!!!"

Ah...ada-ada saja. Tapi bener deh, kadang iklan masih bisa dijadikan bahan guyon. Dan pada beberapa event, ada kehangatan dari lelucon itu.

But, bagaimana cara menghadirkan iklan yang memiliki kehangatan melalui apa yang disampaikannya tanpa kita sebagai penonton yang menjadikannya bahan tertawaan?
»»  READMORE...

Friday, 9 May 2008

Sebuah Nama, Segelintir Makna...




Aku tak pernah begitu ribut dengan namaku.

Hanya saja, beberapa orang sering membuat masalah dengan sering bertanya tentang nama orang lain.

Waktu SMP...

Suatu hari di musim kemarau

Dikelas ada anak yang memilki nama super panjang,

dia duduk disebelahku.

seperti biasa, aku tak banyak bicara tentang namanya.

Tapi Si Paling Dekil di kelas mengacau.

Dia membuat tiap hari terlewati dengan ejekan-ejekannya pada temanku itu.

Huuh...

kita sih nyuekin aja. Sampai nyonyor pun gak ada yang menanggapi.

Ternyata Cowok kecil itu tetangga temenku tadi.

Hohoho... setelah mo lulusan baru tau aku, kayaknya dia naksir temenku itu.


Dan ada sebuah hal menakjubkan pada nama temenku itu, dia ternyata masih keturunan 'orang ningrat' zaman bahula!


But, kita gak ngomongin tentang ningratnya. Tapi, kenapa dia tak pernah nyerang balik si Dekil nan cempreng yang sering ngejek dia. Dan aku tersenyum, temenku tersenyum tenang.


"Yun...nama itu do'a"



Wah...

setelah itu pun aku masih tetap heran dengan orang-orang yang masih meributkan nama.

Waktu SMA,

seorang temenku bahkan harus menanggung beban berat dari namanya. Contohnya yang berbau Arab, dia disenggol dengan titel pintar ngaji. Trus yang memakai nama Ibrani dikira sesuai agamanya.


Udah deh,

ngapain sih musingin nama.

Tetanggaku saja ada yang tetep PeDe memberi anaknya nama pemain bola!

Disyukuri saja karena itu memiliki lebih dari makna dan doa, disana ada keakraban yang indah. Lihat saja, seorang yang baru kenal denganmu tak mungkin memanggilmu denga nama kecilmu!


Termasuk teman-temanku kuliah sekarang, mereka memanggilku dengan nama dari temen SMAku, YunCen. Aku jengkel karena mereka melafazkan 'e' pada 'Cen' kaya pada banci-banci. Oh, NO!

Makanya sekarang aku nulisnya "YunChen".

Sorry, Kaito. Bukan maksud mengganti nama darimu. Tapi, yakin deh. Aku suka nama itu. Aku suka nama dari ibuku. Aku suka kalian berdoa untukku. Aku suka keakraban kita.


Dan soal nama 'Kaito'.

Kalian tahu, 'kaito' dalam bahasa Jepang artinya 'pencuri'. Tapi, anak itu memakainya karena suka Kaito Kuroba dalam "The Magical Kaito" atawa si 'Kaito Kid'ny "Detective Conan"!


So, sukailah namamu!
»»  READMORE...