Sunday, 22 June 2008

Bom Tandan? OH NO! NO!! And NO!!!


Akhir-akhir ini bertambah saja berita aneh-aneh.
Ups! Bukan aneh-aneh ding, lebih tepatnya berita "panas". Setelah terlihatnya dampak serius yang diakibatkan "global warming", munculah perjanjian di Tokyo beberapa saat lalu. Yah... global warming telah berhasil membuat gunung es di kutub utara meleleh sedikit demi sedikit. Akibatnya, permukaan laut semakin naik dan beberapa pulau mulai menghilang. Hehehe... itu sih semua orang juga sudah tahu ya?

Nah... sekarang lagi serius-seriusnya negara-negara di dunia mengecam adanya bom tandan! Pertama, apa sih bom tandan itu? Bom tandan (cluster bomb) adalah bom yang mengeluarkan ratusan bom kecil seukuran bola tenis. Bom ini dikenal dengan sebutan “bomblets”. Bom tandan biasanya diluncurkan ke udara, baru bomblets memisahkan diri dan menghantam bumi. Tidak sedikit bomblets yang tidak meledak dan bertahun-tahun setelah konflik berakhir,bom itu masih mengancam warga, khususnya anak-anak yang menyangka bom itu adalah mainan.Berbahaya banget kan?!!! Benar banget! Bom kayak begini mengancam kelangsungan hidup manusia. Dan sangat bijaksana sekali kalau penggunaan benda ini di"ILEGAL"kan.

Disini ada yang aneh banget, coba kita simak.
Beberapa saat yang lalu, diadakan pertemuan sepanjang dua pekan di Dublin. Acara bertaraf internasional ini diikuti lebih dari 100 negara peserta yang
ingin mengusahakan kesepakatan larangan secara mendunia bagi bom tandan. Australia, Belgia, Inggris, Denmark, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol dan Swedia adalah sebagian dari 109 negara yang menghadiri pertemuan tersebut. Banyak negara peserta menginginkan pengecualian sehingga mereka boleh menyimpan persediaan senjata mereka. Tawaran lain dari mereka adalah adanya masa peralihan untuk menciptakan senjata taktis alternatif.
Anehnya... Negara produsen bom tandan seperti Amerika Serikat, Cina,India,Israel, Rusia dan Pakistan, tidak mengirim perwakilan ke konferensi Dublin tersebut. Washington, Amerika Serikat tidak setuju atas larangan penggunaan bom tandan.
Wadalah...
Mereka beralasan bahwa senjata itu masih berguna secara taktis untuk menangkis gerakan pasukan dan untuk bela-diri.
“Kami pikir larangan menyeluruh seperti ini adalah kesalahan,” kata Stephen Mull, pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS. Dia berada pada bagian urusan politik dan militer.
Hm... kok jadi nggak jelas begini ya?
Padahal sudah jelas kan kalau benda bernama bom itu mengerikan, apalagi bom tandan! Berita terakhir mengenai penggunaan bom tersebut adalah pada serangan Israel ke Lebanon selama Juli-Agustus 2006. Warga sipil yang menjadi korban juga dihadirkan dalam pertemuan ini. Bahkan,Sekjen PBB Ban Ki-Moon memulai konferensi tersebut dengan mangajak agar pelarangan bom tandan menjadi nyata.

Bukankah PBB mengikrarkan diri dalam tujuannya untuk melindungi dunia? Lalu, bagaimana jika negara-negara yang termasuk pemegang hak veto itu bisa tidak mendukung? Datang ke pertemuan saja tidak?! Bukankah dunia ini akan indah jika mereka mau berdamai. Berdamai dengan meninggalkan pemakaian bom tandan. Ah, seandainya saja mereka tahu dan mau berkorban....
»»  READMORE...

Dia Adalah Temanku!


Hm...

Setelah acara gembor-gembor membaca dan peristiwa yang membuatku hampir stres di perpustakaan, aku menemukan hal yang membuatku berkata,"Ternyata...."
Yup! Tahu nggak, terkadang korban provokasi lumayan menyenangkan juga lho!
Sedikit demi sedikit aku kan sering bawa buku ke skul, alhamdulillah... lumayan banyak juga yang ikut baca.
Tau nggak apa yang kutemukan hari-hari berikutnya?
Subhanalloh!!!
Slah satu temenku malah membawa koran!
Dia membawanya gara-gara terprovokasi ma buliknya yang bilang kalau anak kuliah harus tahu berita terkini!
Kalo bukan di Indonesia, ga bakal deh ada yang terkesima, bahkan ngelirik saja enggak. Tapi ini Indonesia tahu! Indonesia sekali lagi!
Dan tentu saja aku hanya tersenyum, hanya tersenyum...
Padahal aslinya, bener banget deh aku pengin ngelompat setinggi-tingginya!
Hehehe... dramatisir banget ya?
Aneh bin semrawut banget, anak sekelas juga ikut ambil bagian. Mereka mengambil tiap halaman buat dibaca. Nggak usah pake acara 1 anak 1 lembar, selembar pun bisa di'lahap' sampai tiga anak!
Meski yang dibaca belum tentu tentang ekonomi--haha... kan kita anak Komputerisasi Akuntansi--, kurasa ini langkah dini membiasakan diri untuk membaca.
TETEP SEMANGAT YA TEMEN2!!!
Jadilah manusia ber"wawasan" seperti kata Pak Boedi!
Kita kan nggak kuliah, tapi "BELAJAR"!
Iya, karena kuliah hanya sebagai media kan. Yang penting belajarnya tho?
Orang kuliah belum tentu belajar, tapi orang yang belajar nggak harus kuliah kan?
Ah,nggaya...
Lho? belajar kan emang bisa dari mana aja kan?
Yah... kita belajar bareng yah...
»»  READMORE...

Kenapa Harus Sikap Hidup?




Kenapa aku milih judul ini?

Hm... ada sesuatu yang cukup menggelitik pemikiranku.
Suatu hari di musim pancaroba.Halah...
Tepatnya pas aku beli caramel di kantin paling barat, aku menemukan ide buat nulis lagi.
Seperti biasa, kalo beli caramel pastinya dibungkus kan? Karena kita ada di Indonesia, dan aku berada di kantinnya kampusku,caramelku dibungkus dengan sepotong koran. Sebenarnya sih bisa saja aku ambil piring kecil dan mengurangi pembuangan kertas secara sia-sia. Tapi, hari itu aku malas sekali.

Hm... sambil terus makan, aku pengin membaca. Karena juga males ngeluarin buku dari tas yang penuh kujejali buku-buku kuliah, dengan iseng aku baca koran pembungkus makananku tadi.
Awal membaca, aku tidak begitu interested.Tapi ada yang membuatku tertegun dari sepotong berita dari koran nasional itu. Yah, berita menarik yang terjadi 19 April lalu.

Disana diceritakan tentang pertarungan catur. Pertarungan ini merupakan bagian dari kegiatan JAPFA Chess Festival yang diadakan di Gedung Piramid, Senayan, Jakarta.
Pertandingan ini terjadi antara Susanto (21 tahun) melawan So (14 tahun). Seperti pertemuan mereka berdua sebelumnya, GM Susanto kalah dari pecatur muda Filipina itu. Kekalahan tersebut terjadi pada langkah ke-57 dengan pembukaan Skandinavia.
Ungkapan dari humas Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia-lah yang membuatku berpikir sambil ternganga.
Orang itu, Kristianus Liem berkata, "Rasanya, hal ini juga merupakan cerminan dari persoalan yang lebih luas, yakni masih rendahnya budaya ilmiah (giat belajar dan membuat riset sendiri) di tengah masyarakat kita."

Memang tak bisa disangkal, So berlatih 8-12 jam sehari dan mampu melakukan riset sendiri untuk menemukan langkah-langkah baru. Sedangkan menurut Liem, Susanto masih cukup tergantung pada pelatih.

Terus, apakah sikap hidup benar-benar begitu dominan dalam kehidupan kita?
Coba kita runut lagi. Menurutmu, kenapa sih kebanyakan dari negara maju dapat berkembang pesat?
Tentu, tentu saja karena sikap hidup mereka!
Sekedar catatan, negara yang kumaksudkan adalah negara yang maju dengan kerja keras masyarakatnya. Maju dan mau membuka diri tanpa harus kehilangan jatidiri.

Kadang, aku sendiri merasa, apakah sikap hidup kebanyakan "penghuni" perguruan tinggi itu lebih baik daripada mereka yang masih ada dibawahnya?
Hm... mungkin...TIDAK JUGA!
Sebagai satuan civitas pendidikan, mahasiswa kadang masih merasa "nyaman-nyaman saja" dengan kehidupan mereka. Dari bangun siang-siang karen kuliah mulainya jam sembilan, menyibukkan diri dengan hal tak berguna, bahkan mengatasnamakan "keluyuran" di UKM atau ORMAWA diluar jam yang ditentukan sebagai hal yang..."Wahhh... keren!!!"
Hm... sepertinya memang memerlukan sesuatu bernama "LIFE MAPPING" deh. Dengan merencanakannya, otomatis kita akan berpikir ulang sebalum menggunakan waktu ini dengan percuma. Hanya cukup itu?
Oh, NO!
Setelah punya perencanaan dan schedule terperinci, yang penting adalah IMPLIKASI!
Percuma dong kalo bikin rencana tanpa ada pelaksanaan konkret!
Seimbangkan setiap hal yang ada.
Mulailah mencintai dirimu, lingkungan dan hal-hal kecil.
Ingat,
BIG SUCCESFULL COMES FROM LITTLE THINK!

Semangat!!!
»»  READMORE...

Monday, 16 June 2008

Dunia Gila Kusebut PERPUSTAKAAN!!!


Hmm...

Kalau kalian bertanya padaku,"Kau hobi baca?"
Hm... jawabanku, "Lumayan!"

Lho?
Lha yang gembor-gembor tentang prinsip hidup itu membaca kemarin itu siapa?

Bukannya nggak mendukung!
Jelas dong ngedukung banget!!!
Aku suka baca.

Tapi kemarin ada peristiwa tragis buanget deh!
Kemarin kan aku dapat tugas SIM(Sistem Informasi Manajemen) berupa desain konsep dan fisik. Kebetulan banget kita tuh harus pinjem yang namanya Tugas Akhir alias TA!
Nah... karena data pertamaku is not complete, aku pergi ke perpus pusat setelah di perpus jurusan sudah habis. Betapa senang hatiku, datanya lengkap-kap-kap!!!
Nah... kebetulan udah mulai sore, aku langsung ngacir ke bagian administrasi buat pinjem. Tiba-tiba kakak kelas ada yang bilang,
"Lho, Dik! TA ka nggak boleh dipinjam."
"Haoh? Masa tho mbak? Yah... ni tak coba dulu. Daripada fotocopy 200 per lembar!"
Iya, fc d perpus emang semahal itu!
Dan ternyata betul!
Aku sudah memohon-mohon tetep aja nggak boleh. Ilfill aku!!!
Dah gitu, pake acara perang segala ma bapake penjaga!
HIIIIIIIH!!!!!
Aku menggugat!
Trus mbak yang tadi bilang,"Mungkin takut kalo hilang Dik. Soalnya anak-anak lebih suka didenda daripada fotocopy. Juga mungkin karena banyak yang perlu datanya tiap hari."
HU-UUU-UUUH!!!
Aku nggak terima!
Kan kita bisa pinjem 1 hari aja, toh kodenya C1 alias boleh pinjem 1 hari!
Trus...
Kalo memang nggak boleh dibawa pulang, kenapa fotocopy pake mahal segala! Nggak memeras tuh! Meski kertasnya lumayan, lha mbok iya mikir nasib anak kuliahan yang uangnya mepet ini!
Biaya sekolah di negara ini lumayan mahal kan?!

Terus, yang paling bikin aku jengkel banget adalah yang satu ini.
Kalau mereka bersikap demikian, berarti nggak punya rasa percaya pada kami yang udah kuliah, masih mengira kami anak kecil. Mereka menganggap kami belum bisa menerima sesuatu bernama "tanggung jawab". Terus, apa gunanya kartu perpus ada alamat dan data pribadi lainnya?
Sungguh ironis.
Jika mereka ingin menanamkan kepercayaan, coba dong percaya juga pada individu bernama mahasiswa!

Belajar mempercayai. Walaupun misalnya memakai cara terburuk! Contohnya, kasih denda saja Rp 10.000/hari bagi yang telat! Dengan begitu toh mahasiswa tidak akan lupa bawa seperti tak pernah menghilangkan kartu parkir!
Lagipula, aku kan butuhnya data untuk diketik ulang, dibuat ringkesan dan dicetak ulang!
Apa nggak eman-eman sama kertasnya nanti! Kasihan hutan yang dibabat habis karena ulah kita sembarangan menggunakan kertas.
Seorang dosen pernah berkata saat HMJ ingin membuat pengadan buku,"Perpus pusat itu sudah sangat lengkap."
Aku kecewa. Iya, lengkap. Tapi apakah butuh sebuah kemarahan dan ketidakpercayaan dalam mendapat sebuah referensi yang harusnya gratis itu?
Hari itu aku pulang, memeras otak lagi untuk cari TA yang kubutuhkan. Alhamdulillah, dapat.

Yah... itulah salah satu hala yang bikin aku berpikir, "Membaca itu menyenangkan, tergantung variabel lainnnya."
Aku kembali berpikir, bagaimana dengan program bacaan gratis dari pemerintah?
Hm...kita pikir dulu...
»»  READMORE...